✍Resume Kulwap✍
===================
Group HEbAT Nasional.
Live on All Group HEbAT
Hari/Tanggal: Kamis, 10 Maret 2016
Sesi II
SME : Ustadz Harry Santosa
Materi : Apa & Bagaimana HE
Waktu : 20:00 - 22:00
Admin : Bunda Deasy
Host : Bunda Zahara
Notulen : Ayah Muji
===================
Materi :
๐ Apa itu Home Education? ๐
Ass.wr.wb
Ayah bunda apa kabar, tetap semangat ya... ๐๐
Ayah Bunda yg baik,
Home Education atau home based education atau pendidikan berbasis rumah adalah amanah dan kesejatian peran dari setiap orangtua yg tak tergantikan oleh siapapun dan tdk bisa didelegasikan kpd siapapun.
HE bukanlah memindahkan persekolahan ke rumah, bukan pula menjejalkan (outside in) berbagai hal kpd anak2 kita namun membangkitkan dan menumbuhkan (inside out) potensi fitrah2 dalam diri kita dan anak2 kita agar mencapai peran sejati peradabannya dengan semulia2 akhlak.
Rumah2 kita adalah miniatur peradaban, bila potensi fitrah2 baik bisa ditumbuhsuburkan dan dimuliakan di dalam rumah2 kita maka secara kolektif menjadi baik dan mulialah peradaban.
Setiap anak kita setidaknya memiliki 4 potensi fitrah sejak dilahirkan:
1. Potensi fitrah keimanan, setiap bayi yg lahir pernah bersaksi bhw Allah sbg Robb. Maka setiap bayi yg lahir pd galibnya mengenal dan merindukan sosok Robb.
2. Potensi fitrah belajar, setiap bayi yg lahir adalah pembelajar tangguh sejati
3. Potensi fitrah bakat, setiap bayi yg lahir adalah unik, memiliki sifat bawaan yg kelak akan menjadi panggilan hidup dan peran spesifik nya di muka bumi
4. Potensi fitrah perkembangan, setiap bayi sampai aqilbaligh dan sesudahnya, memiliki tahap2 perkembangan yg harus diikuti. Tdk berlaku kaidah makin cepat makin baik.
Ke 4 potensi fitrah ini sebaiknya simultan, seimbang dan terpadu. Kurang salah satunya akan memberikan hasil yang tidak paripurna. Jika pendidikannya benar dan tepat, maka resultansi dari ke 4 fitrah ini adalah insan kamil yang memiliki peran peradaban.
Fitrah bakat tanpa fitrah keimanan akan melahirkan talented professional yang berakhlak buruk, begitupula sebaliknya fitrah keimanan tanpa fitrah bakat akan melahirkan orang2 beriman yg paham agama namun sedikit bermanfaat.
Lihatlah mereka yang berbakat menjadi pemimpin tanpa akhlak maka akan menjadi diktator. Begitupula mereka yang bertauhid tanpa bakat, akan sangat sedikit memberi manfaat.
Fitrah belajar tanpa fitrah keimanan akan melahirkan para sciencetist dan innovator yang berbuat kerusakan di muka bumi, begitupula sebaliknya fitrah keimanan tanpa fitrah belajar akan melahirkan generasi agamis namun mandul dan tidak kreatif.
Fitrah belajar tanpa fitrah bakat akan melahirkan pembelajar yang tidak relevan dengan jatidirinya, begitu pula sebaliknya, fitrah bakat tanpa fitrah belajar akan melahirkan orang berbakat yang tidak innovatif. Berapa banyak kita lihat orang yang bakatnya hanya berhenti sebagai hobby semata.
Semua fitrah personal itu jika tidak ditumbuhkan sesuai fitrah perkembangannya akan membuat generasi yang tidak matang dan tidak utuh menjadi dirinya.
Fitrah belajar dan fitrah bakat yang tumbuh bersamaan dengan fitrah keimanan melahirkan generasi yg inovatif, produktif dan berakhlak mulia. ✅
====================
Pengantar :
Sebelum menjawab pertanyaan izinkan saya memaparkan sedikit tentang Apa itu Fitrah.
AyahBunda HEbAT yang dimuliakan Allah dengan fitrah peran mendidik anak anak,
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS Ar Ruum (30):30).
“Tidak ada seorang bayipun dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (yang suci). Maka orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani atau Majusi”
(alHadits)
Dari dua nash di atas, jelaslah bahwa peran mendidik orangtua adalah merawat dan menumbuhkan fitrah. Lalu apa itu fitrah?
Dalam bahasa Arab, Fitrah (fitrah) dengan segala bentuk derivasinya mempunyai arti: belahan (syiqah), muncul (thulu), kejadian (al ibtida), dan penciptaan (khalqun).[1] Sifat pembawaan yang sejak lahir. [2]
Dalam pengertian yang sederhana istilah definisi fitrah sering dimaknai suci dan potensi. Secara etimologis, asal kata fitrah / fitroh / pitrah berasal dari bahasa Arab, yaitu fitrah (ูุทุฑุฉ) jamaknya fitharูุทุฑ), ) yang suka diartikan perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan.[3]
Menurut Muhammad Quraish Shihab, istilah fitrah diambil dari akar kata al-fithr yang berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain pencipta atau kejadian.[4]
Dalam gramatika bahasa Arab, sumber kata fitrah wazannya fi'lah, yang artinya al-ibtida', yaitu menciptakan sesuatu tanpa contoh. Fi'lah dan Fitrah adalah bentuk masdar (infinitif) yang menunjukkan arti keadaan. Demikian pula menurut Ibn al-Qayyim dan Ibnu Katsir, karena fiลฃir artinya menciptakan, maka fitrah berarti keadaan yang dihasilkan dari penciptaan itu. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas RA, fitrah adalah awal mula penciptaan manusia. Sebab lafadz fitrah tidak pernah dikemukakan oleh al-Quran dalam konteksnya selain dengan manusia.
Kata fitrah dengan berbagai bentuk derivasinya disebut di dalam alQuran sebanyak 28 kali,
14 kali disebut dalam kontek uraian tentang bumi dan langit,
14 kali disebut dalam konteks pembicaraan tentang manusia, baik yang berhubungan dengan fitrah penciptaan maupun fitrah keagaman yang dimilikinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa kata fitrah dan derivasinya disebutkan sebanyak 20 kali, terdapat dalam 17 surat dan dalam 19 ayat, muncul dengan berbagai bentuknya. Ada dalam bentuk madhi, fi’il mudhari, isim fail, isim maf’ul dan isim mashdar. Dalam bentuk fi'il madi sebanyak 9 kali, dimana fitrah berarti menciptakan, menjadikan. Kemudian dalam bentuk fi'il mudari' sebanyak 2 kali, yang berarti pecah, terbelah. Dalam bentuk isim fa'il sebanyak 6 kali yang berarti menciptakan, yang menjadikan. Dalam bentuk isim maf'ul sebanyak 1 kali yang berarti pecah, terbelah. Dan dalam bentuk isim masdar sebanyak 2 kali yang berarti tidak seimbang
Lafal fitrah dengan berbagai bentuk derivasinya, banyak disebut dalam al-Quran, konteks ini berarti al-khalq dan al-ibtida.
Al-khalq itu sendiri identik dengan al-ibtida (yang memiliki arti menciptakan sesuatu tanpa contoh). Hanya saja yang menyebutkannya dalam bentuk ini (fitrah), yakni yang mengikuti pola fi’lah, hanya satu ayat terdapat dalam QS. Ar-Ruum/ 30 : 30.
✅
๐ Tanya Jawab ๐
1⃣Bunda Alin- Ayah Johan, Bekasi
Apakah HE itu harus benar-benar unschooling untuk mendapatkan pencapaian yang sesuai dengan HE?
Jika, misalnnya kita sebagai orang tua tidak melakukan unschooling, dengan kata lain menyekolahkannya di sebuah lembaga dengan pandangan bahwa anak sekolah bukan saja hanya untuk 'memindahkan apa yg disekolah ke rumah' (walaupun memang demikin adanya), yang kami lakukan semata2 untuk ikhtiar saja supaya 'mengebalkan'' imun anak lewat sekolah, namun tetap mengusung apa yang dilakukan HE. bagaimana tanggapan pak ustadz? Terimakasih sebelumnya.
Jawab :
1⃣Bunda Alin - Ayah Johan yang baik di Bekasi,
HE adalah kewajiban para orangtua, baik anaknya bersekolah maupun tidak. Lalu apa yang dididik dalam HE? Sesuai dengan nash di atas, maka fitrahlah yang diamanahkan untuk dididik, dirawat dan ditumbuhkan agar tidak menyimpang.
Karena itu maka orangtualah yang harus menjamin dan memastikan fitrah anak anak mereka tidak rusak, menyimpang atau terkubur. Maka jika harus menyekolahkan anak, maka pastikan sekolah tsb mendukung amanah kita dalam merawat dan menumbuhkan fitrah anak anak kita. Orangtuanyalah yang akan ditanya bukan sekolah.
Perihal imunitas, sebenarnya bisa diperoleh darimanapun sepanjang lingkungannya tidak terlalu parah. Imunitas muncul ketika terpapar sedikit, dan orangtua yang punya kedekatan atau relasi yang kuatlah yang akan menyadari segera dan bertindak memanfaatkan untuk menjadikannya imun. Jika terpapar terlalu parah maka bukan imun yang terjadi tetapi kerusakan.
Jadi baik bersekolah maupun tidak maka pastikan fitrah anak anak kita dalam tanggungjawab kita sebagai orangtua sepenuhnya. Saya menyarankan untuk merancang personalized curriculum berbasis fitrah untuk tiap anak anak kita ✅
2⃣ Ummu Harrits-Jogja
Assalamu'alaikum Ustadz, ,
Bagaimana kita menerapkan kedisiplinan (misal jadwal tidur siang) untuk anak usia 0-7 th, tanpa mencederai fitrah nya?
Jawab :
2⃣Ummu Harrits yang baik di Jogja,
wa'alaykumusalaamwrwb, ๐๐.
Disiplin dalam makna kedisplinan mirip orang dewasa, diterapkan di atas 7 tahun ketika anak sudah memiliki tanggungjawab moral dan sosial, sama halnya sholatpun baru diperintahkan di usia 7 tahun bukan sejak dini. Itupun dengan pendekatan kesadaran, cinta dan konsekuensi bukan pembiasaan tanpa kesadaran, reward dan punishment.
Di bawah usia 7 tahun, anak anak fitrahnya sedang indah2nya, maka kreatiflah membuat aturan yang menyenangkan. Upayakan semua aturan seamless, tidak terasa. Perhatikan pola tidurnya, biasanya anak seumur itu sekitar 10 - 12 jam sehari semalam, buatlah jadwal tidur sesuai jadwal ngantuknya sesuai kebutuhan jam tidurnya. Jika anak diharapkan tidur siang jam 11-12 tentu, bangunnya harus sebelum Subuh, jam 4 misalnya sekaligus melatih ritme waktu tubuhnya untuk sholat shubuh. Biasanya jam 11-12 sudah mengantuk lagi. Kalau kita biarkan tidur sampai siang sampai jam 7 misalnya, maka jam 11-12 tentu belum mengantuk. Nanti yang ada sama2 stress, memaksa disiplin tidur siang sementara anaknya belum mengantuk. ✅
3⃣ Bunda Irma-Purwokerto
Mohon dijelaskan lagi mksud dr HE melawan arus baik konsep maupun praktek pendidikan dengan persekolahan?
Saya newbie dan masih belum paham betul dengan HE
Jawab :
3⃣Bunda Irma yang baik di Purwokerto,
HE adalah prinsip dan kewajiban bahkan sejak zaman Nabi Adam AS, tetapi bagi kebanyakan orangtua HE adalah sekedar opsi saja.
HE fokus kepada insideout semua potensi fitrah (fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah seksualitas dll), tetapi bagi kebanyakan orangtua HE dipersepsikan memindahkan sekolah ke rumah. Karenanya HE sesungguhnya tidak banyak mengajar, tetapi banyak menemani dan memfasilitasi.
HE mendidik semua potensi fitrah anak anak kita secara terpadu agar mencapai peran peradaban ketika aqilbaligh tiba, tetapi bagi kebanyakan orangtua mendidik adalah menyekolahkan anak sampai sarjana, padahal wellschooled belum tentu welleducated.
✅
4⃣ Bunda Yeni-Banyumas
Pada anak di bawah 5 th, sebaiknya lebih banyak BBA (Bermain Bersama Alam) nya ya? Anak saya kalo di rumah lebih sering main sendiri dan belum bisa lepas dari TV. Di rumah masih ada TV soalnya ๐ฉ
Jawab :
4⃣Bunda Yeni yang baik di Banyumas,
Setidaknya ada 7 hal penting yang dialami Rasulullah SAW dalam pendidikannya ketika Beliau masih usia 3-6.
1. Kelekatan ayah dan ibu,
2. Bahasa Ibu (mother tongue),
3. Sensomotorik dengan banyak bereskplorasi di alam dan kehidupan spt menyentuh, meraba, merasakan, mendengar, melihat dstnya,
4. Psikomotorik atau kekuatan jasmani, spt mendaki bukit, outbound dll
5. Executive Functioning, melatih kepemimpinan dengan menggembala kambing atau memelihara hewan,
6. Kisah kisah keteladanan dan kepahlawanan,
7. Pembersihan hati. Untuk anak kita ini masa emas bagi Fitrah keimanan dengan keteladanan dan atmosfir keshalihan. Sebaiknya jangan sia2kan masa ini, fokuslah dengan hal2 di atas, karena akan berdampak pada tahapan berikutnya✅
5⃣Bunda Maya. BDG 2
1. bagaimana mengefektifkan HE pada keluarga yang tinggal bersama mertua dan keluarga ipar? (selain dikomunikasikan)
2. bagaimana membangun dan mengoptimalkan peran ortu agar komunikasi dapat terjalin dengan terbuka? sehingga, anak juga turut terbuka dan tidak merasa segan terhadap ortunya
Jawab :
5⃣Bunda Maya yang baik di Bandung,
1. Selain dikomunikasikan tentu dilibatkan karena HE secara ideal melibatkan semua anggota rumah. Penglibatan ini tentu apabila sudah memiliki misi yang sama tentang kewajiban HE pada generasi mendatang atau keturunan. Biasanya halangannya pada mindet, bahwa mendidik adalah menyekolahkan, jadi banyak yang "angkat tangan" karena dalam benak mereka HE adalah mengajarkan mata pelajaran, padahal HE ada banyak aktifitas seru yang membangkitkan kesadaran fitrah anak anak dari hal yang paling sederhana, misalnya bermain, jalan jalan, berkebun, bikin craft, membersihkan bak mandi bareng, memlihara ayam, mengajak ke masjid, menceritakan kisah keteladanan dll
2. Komunikasi terjalin jika ada ikatan hati, ada ikatan emosional yang baik, ada relasi yang dalam. Banyak yang menyepelekan masalah ikatan atau relasi ini. Apakah anak mau mendengar jika tidak ada ikatan emosional. Maka banyaklah bermain, berdiskusi, berempati, mendengar sampai anak puas berbicara dstnya ✅
6⃣Bunda Mery-Bekasi
Pak Harry,bagaimana cara meng HE kan adik saya, dimana kami tidak serumah dan tempat tinggal kami beda kota,sehingga hanya bertemu 3 bulan sekali itu pun tidak lama. Bagaimana caranya agar adik saya masih bisa belajar sesuai fitrahnya,sedangkan ortu saya tdk faham dan ayah saya telah meninggal.
Oh ya sekarang adik saya umur 7 tahun,sudah masuk SD kelas 1 di SD Negeri, mama saya sering bilang juga bahwa adik saya tidak bersemangat saat sekolah
Apa yg harus saya lakukan?
Terimakasih
Jawab :
6⃣Bunda Mery yang baik di Bekasi,
Memang mendidik fitrah sebaiknya dalam pengasuhan dimana sosok ayah ibu lengkap serta berkepentingan untuk merancangkan personal pendidikannya berbasis fitrahnya. Jika tidak memungkinkan tinggal bersama bunda, maka upayakan ada sosok ayah misalnya orang shalih atau keluarga shalih yang bisa sesekali di homestaykan. Yang ketiga sering2lah telepon dan ajak berdiskusi seru bukan interogatif spt menanyakan PR, nilai ulangan dll tetapi lebih ke apa yang dia sukai, bagaimana perasaannya, bagaimana pendapatnya ttg Allah, ttg Islam, ttg kehidupan dll. Yang ketiga, coba bunda jika bertemu, ajak dialog untuk memetakan perasaannya. Saran saya, buat emphaty map, sederhana yang memetakan apa yang dirasakannya, apa yang difikirkannya, apa yang ingin diucapkannya, apa yang telah didengarnya dll catat semua yang berkesan lalu pertimbangkan bagaimana pendidikan yang terbaik baginya. ✅
7⃣Bunda Dinda Permatasari - Depok
"Fitrah yg baik pada anak2 kita akan bertemu dgn fitrah yg baik yg ada dlm diri ortunya. Apa yg keluar dari fitrah yg baik akan diterima oleh fitrah yg baik."
Lalu apa yg bisa kami lakukan utk melejitkan fitrah2 yg ada pd diri kami sebagai ortu,, karena melejitkan potensi anak2 itu dimulaii dari melejitkan potensi diri kita sendiri.
Sedangkan kita ortunya dulu mgk tdk maksimal perkembangan fitrahnya. Bahkan mungkin ada yg masih terpendam๐
Jawab :
7⃣Bunda Dinda yang baik di Depok,
Mendidik fitrah anak sesungguhnya adalah kesempatan mendidik fitrah kita sendiri. Berapa banyak orangtua yang bertaubat dan kembali ke jalan yang benar demi anak anaknya. Berapa banyak orangtua yang menjadi lebih akhlaknya setelah memiliki anak. Bahkan banyak orangtua baru tahu bakatnya karena berusaha memetakan bakat anak anaknya.
Bahasa kerennya "raise your child, raise your self".
Karena kita merasakan betul amanah mendidik fitrah ini maka kita perlu berubah, kita perlu untuk bangun di sepertiga malam untuk bermunajat agar diberikan qoulan sadida, qoulan tsaqila, yaitu ucapan dan tutur yang indah dan berkesan, fikiran gagasan serta idea yang bernas, sikap dan perilaku yang layak diteladani dstnya. Apapun kita lakukan demi kebaikan anak anak kita di masa depan bukan? Maka jadikanlah amanah mendidik anak ini adalah kesempatan belajar yang banyak, kesempatan kembali ke fitrah kita, kesempatan mendekat kepada Allah SWT dstnya. "Allah tidak akan memanggil mereka yang mampu tetapi memampukan mereka yang terpanggil "✅
8⃣Bunda Ika - Bogor
Adakah panduan untuk menentukan visi dan misi keluarga? apakah ia harus dirumuskan ataukah mengalir begitu saja? dan bagaimana caranya supaya kita bisa konsisten dalam mencapai visi dan misi tersebut? Terima kasih
Jawab :
8⃣Bunda Ika yang baik di Bogor,
Misi adalah tugas. Visi adalah cita cita yang harus selaras dengan tugas.
Apa tugas spesifik pernikahan kita? Tentu jawabannya bukan beribadah, menjadi khalifah, dstnya karena beribadah, menjadi khalifah adalah tujuan penciptaan (the purpose of life).
Tugas kehidupan secara umum adalah memberi manfaat dan menebar rahmat, menjadi solution maker (bashiro) dan problem solver (nadziro).
Maka tugas spesifik pernikahan adalah bagaimana keluarga kita, dengan potensi uniknya, bisa memberi manfaat dan menebar rahmat, memberi kabar gembira dan memberi peringatan.
Maka menemukan misi keluarga kita adalah menemukan potensi kolektif atau aktifitas kolektif yang disukai bersama. Ada keluarga yang punya misi sosial pendidikan, sosial dhuafa, pedagang retail, melayani warga, melayani kesehatan, pendidik anak anak,dll.
Ajak suami untuk merefleksikan bersama apa misi spesifik keluarga. Ada yang menyarankan untuk mengamati apa saja yang apabila dikerjakan bersama itu enjoy semuanya, easy melakukannya dan keren hasilnya juga ada manfaat dan income.
Nah itulah misi spesifik keluarga kita. Allah memudahkan jika itu memang jalan kita, maka bersungguh sungguhlah.
"Katakanlah: tiap tiap orang itu beramal menurut Syaqilah (bakat pembawaannya) masing masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui orang yang lebih benar dan lebih tepat jalan yang ditempuhnya" (QS Al Ishro 17:84)
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
(QS. Al-Ankabuut 29:69)✅
9⃣Bunda Winny-Bandung
Yang saya pahami Home Education adalah pengembalian pendidikan anak kepada ortu di rumah dengan menumbuhkembangkan fitrahnya. Jadi di sini bukan berarti tidak sekolah kan? HS, sekolah formal, atau unschooling itu kembalikan kepada kebutuhan anak & kapasitas ortu. Namun, HE adalah kewajiban setiap ortu. Betul tidak pemahaman saya? ๐
Jawab :
9⃣Bunda Winny yang baik dari Bandung,
Kesimpulan yang baik dan benar. HE adalah kewajiban para orangtua. Namun keputusan utk HS, Sekolah Formal atau Unschooling bukan karena kapasitas orangtua tetapi karena pertimbangan apakah fitrah anak anak kita terjamin tumbuh kembangnya dalam pilihan pilihan itu. Saran saya, rancanglah personal education berbasis fitrah untuk tiap anak anak kita, lalu apapun pilihannya pastikan semua fitrah anak kita tumbuh paripurna. Sebagai catatan, tidak semua fitrah bisa ditumbuhkan di luar rumah, misalnya fitrah seksualitas, ini murni peran ayah bunda dstnya. Tetapkan indikator untuk tiap fitrah pada tiap tahap pertumbuhan agar tetap bisa dipantau jika ada fitrah yang mulai melenceng, misalnya fitrah belajar, amati jika anak kita belajar hanya karena mau ulangan atau karena takut dll maka fitrah belajarnya bisa jadi mulai menyimpang. Begitupula fitrah keimanannya, jika sholat masih disuruh, menghafal alQuran karena takut sama gurunya dsbnya. Ini juga untuk fitrah2 lainnya. ✅
๐Mas Yusuf Fajar, Jogja
1. Bagaimana pak Harry bisa memetakan Fitrah itu menjadi 4? Kalau Fitrah seksualitas, sosialitas dll itu posisinya gmn dalam 4 fitrah yang sama itu?
2. Bagaimana interpretasi pak Harry ttg ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib dalam memperlakukan anak (berdasarkan kelompok umur) jika dikaitkan dengan Fitrah perkembangan:
7 tahun pertama: perlakukan anak sebagai raja
7 tahun ke 2: sebagai tawanan
7 tahun ke 3: sebagai partner
Jawab :
๐Mas Yusuf yang baik,
1. Ke empat fitrah itu yang utama dalam konteks pendidikan umum. Namun secara lengkap ada 8 fitrah yang telah kami riset dari berbagai khazanah dan literatur Islam. (lihat gambar di bawah)
2. Ketika menyusun fitrah perkembangan kami mengacu kepada tahun tahun usia yang disebut dalam Kitabullah, misalnya 0, 2, 7, 10 dan AqilBaligh. Maka kami membagi penjenjangan besar menjadi sebelum aqilbaligh (0-2,3-6,7-10,11-14/15) dan setelah AqilBaligh (>15 tahun). Angka 14-15 dipilih karena rata rata usia pemuda yang sudah punya peran peradaban dalam rentang sejarah Islam adalah kisaran 13-17 tahun. Jadi tidak mengikuti kelompok umur menurut sayidina Ali RA.
Dalam tahapan usia, kami lebih menyoroti peran orangtua, misalnya:
*Usia 0-2 th menyusui,
*Usia 3-6 th memfasilitasi,
*Usia 7-10 th mengarahkan (guide),
*Usia 11 - 14 th mendampingi (coach),
*Usia > 15 menjadi partner. Mengapa Partner, karena anak yang sudah aqilbaligh maka setara dengan kedua orangtuanya dalam kewajiban memikul beban syariah, jadi posisinya sudah sebagai partner baik partner bisnis, partner dakwah, partner sosial dsbnya.Tidak lagi dipanggil anak tetapi pemuda (..gambar framework) ✅
1⃣1⃣Bunda Enfalia-DKI
Dari materi tadi..shg menjadi sangat penting utk memahami 'seperti apa' masing2 fitrah keimanan, fitrah belajar dll itu..agar bisa menjaga dan menumbuhkannya. Apakah akan ada materi penjelasan utk masing2 fitrah?
Jawab :
1⃣1⃣bunda Enfalia yang baik di DKI,
Dalam skema di atas sebagai penjelasan pertanyaan ๐ masing masing fitrah sudah dijelaskan.
1⃣2⃣Bunda Fury-Bandung
Bagaimana membedakan antara kita memberi stimulasi2 ke anak dgn memberi mereka sesuatu yg mereka tdk butuh, semacam penjejalan outside in gitu. Maksud sy, jangan sampai keliru identifikasi, yg maksud hati pengen kasih stimulasi tapi ternyata salah, gitu.... Syukran ๐๐ผ
Jawab :
1⃣2⃣Bunda Fury yang baik di Bandung,
Memberi stimulus yang tidak merusak dalam upaya inside out tidak mengapa sepanjang sesuai tahapan dan kebutuhan, bukan semau kita dan semampu mereka. Stimulus itu, misalnya memberi keteladanan dan suasana keshalihan yg sesuai agar gairah fitrah iman anak tumbuh indah, memberi idea menantang dan inspirasi keren yg efektif agar gairah fitrah belajar dan nalarnya membuncah, memfasilitasi banyak wawasan dan kegiatan yg relevan agar gairah fitrah bakatnya mengkristal menjadi peran, menjalin kelekatan dan menjadi figur agar fitrah seksualitas nya tumbuh sehat dstnya.
Outside yang dimaksud adalah "too much teaching", "menggegas", "memanipulasi kecerdasan untuk obyek pengetahuan yang tdk relevan" dstnya. ✅
1⃣3⃣Bunda Nurita Dewi-Banten
1. Bisakah ortu menerapkan HE untk anak2 smntara ortunya sendiri pengetahuan keislamannya masih minim, apalagi soal keimanan yg kebanyakan masih suka naik turun sehingga rasanya belum bisa mnjdi org tua yg bisa menjadi tauladan buat anak2.ditambah pula dngn lingkungan yg kurang mendukung seperti suami yg kurang sefaham dalam hal pendidikan anak
Bagaimana solusinya jika seperti ini ustadz? Sementara untuk HE kan butuh komitmen dan perjuangan serta visi misi yg sama dengan pasangan
2. Saya termasuk org yg trauma dengan sekolah sebab bagi sya sekolah hnya berpihak pada org2 yg pintar secara akademis saja,tpi tidak mnghargai bakat anak yg tidak muncul secara akademis.sya ingin mengHE kan anak anak tetapi kadang muncul perasaan takut bisa gak saya mendidik anak untuk tetap lurus secara fitrahnya ditengah segala keerbatasan saya sebagai orang tua baik secara ilmu maupun materi
3. Mengawali HE secara teknis bentuknya seperti apa ya ustadz? apa kita harus membuat program keluarga terlebih dahulu?
Jawab :
1⃣3⃣Bunda Nurita Dewi yang baik di Banten,
1. Allah akan memampukan mereka yang terpanggil. Mendidik anak pada galibnya adalah mendidik diri sendiri. Siapa yang ingin anak shalih, maka menjadi dorongan agar menshalihkan dirinya. Tidak ada orangtua yang sempurna, yang ada adalah orangtua yang tulus dan bersungguh sungguh. Apakah kita mengira ada makhluk di muka bumi yang lebih ikhlash dan ridha mendidik anak anak kecuali orangtuanya sendiri? Keberhasilan selalu mensyaratkan 3 hal, 1. Keridhaan orangtua, 2. Kesungguhan orangtua, 3. Doa orangtua
2. Optimislah dan Yakinlah. Allahlah sesungguhnya yang mendidik dan menjaga anak anak kita, kita hanyalah perpanjangan tangan saja, selalu ada jalan untuk merawat fitrah anak asap sungguh sungguh dan tidak pesimis. Bacalah doa ini tiap pagi dan petang,
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari Sedih dan Gelisah (aspek internal)
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari Malas dan Ketidakbecusan (aspek peran)
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari Pengecut dan Pelit (aspek sosial)
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari dililit hutang dan ditindas orang (aspek realita ekonomi dan sosial)
3. Ya secara teknis, kita membuat perencanaan yang sesuai potensi dan value keluarga, kemudian turun menjadi kurikulum teknis untuk tiap anak. Jika sudah terbentuk komunitas HE, bisa bersama sama membuat program CBE (community based education)"
✅
1⃣4⃣Bunda Sa'diyah-Kalimantan
Bagaimana contoh teknis untuk menumbuhkan keempat potensi fitrah anak kita, Ya Ustadz?
Jawab :
1⃣4⃣Bunda Sa'diyah yang baik di Kalimantan
Dalam framework di atas, pada ๐ sudah ada teknisnya, silahkan dibreakdown dan disesuaikan dengan keunikan anak dan keunikan keluarga sesuai tahap perkembangan anak. Tiap anak merespon berbeda untuk cara yang sama, tantangannya adalah menemukan metode dan cara yang sesuai. ✅
1⃣5⃣Bunda Rita-Banjar
Bagaimana dengan kompetisi" yg marak dan berkembang di dunia pendidikan saat ini? Kompetisi yg seperti apa yg sebaiknya diikuti anak?
Jawab :
1⃣5⃣Bunda Rita yang baik di Banjar,
Kompetisi yang sering dilakukan manusia pada hari ini sebenarnya mematikan kreatifitas krn selalu membandingkan diri dengan orang lain, mengintip dan meniru, menurunkan biaya demi persaingan harga shg kualitas pas pasan, dan pada sebuah titik akan saling mematikan.
Kitabullah menyebut "fastabiqul khoirot" berlomba lombalah dalam kebaikan. Jadi kompetisi yang baik adalah
1. berlomba dalam memberi manfaat dan karya, bukan kompetisi semu layaknya pacuan kuda yang tidak kemana mana juga "race to nowhere" atau
2. Bukan kompetisi saling meniadakan/mengalahkan atau
3. Bukan kompetisi yang membuat stress (high stakes)
4. Yang relevan dengan potensi bakat.
5. Surpetisi, yaitu menyibukkan diri pada potensinya masing sampai melahirkan karya manfaat
✅
1⃣6⃣Bunda Tari Lestari-Purwokerto
Asslkm ustadz. Saya mau tanya, anak saya 10th bahasa sehari2 pake bahasa Indonesia, saat ini sedang les bhs. Inggris (itu keinginan sendiri) apa sudah tepat waktunya, kami memutuskan u/homeschooling. Terimakasih atas jawabannya.
Jawab :
1⃣6⃣Bunda Tari yang baik di Purwokerto,
Bahasa asing apapun boleh diajarkan ketika bahasa ibu sudah tuntas. Ukuran tuntasnya bahasa ibu secara kualitatif adalah anak sudah mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan dengan tutur dan gestur yang baik, santun dan jelas. Ada yang menetapkan kuantitatif, yaitu apabila sudah menguasai 9000 kosa kata. Ada juga usia, secepatnya usia 7 bahkan 9 tahun.
Anak yang sudah tuntas bahasa ibunya akan mudah belajar bahasa apapun.
Bahasa Ibu adalah bahasa yang paling fasih digunakan oleh ayah dan ibu baik verbal maupun non berbal. Terlalu cepat mengajarkan bahasa asing akan melahiekan mental block ✅
Jawab :
1⃣7⃣Bunda Hayu Raras-Semarang
Assalamualaikum...
Dalam memulai HS, kedua orang tua diharuskan untuk siap berperan aktif dalam menjalankan proses nya. Lalu apa yang bisa dilakukan untuk meyakinkan pasangan yang notabene belum paham benar tentang HS (vs sistem pendidikan formal yang kaku dan monoton serta belum mampu mendidik anak sesuai fitrahnya) untuk mau bersama sama terlibat aktif dan mendukung proses HS yang sedang dijalani? Dan bagaimana jika misalkan salah satu pasangan sedang tidak berada di rumah dalam kurun waktu yang cukup lama apakah akan berimbas pada proses HS nya? lalu apa yang seharusnya dilakukan? Mohon sarannya ustadz terimakasih
Jawab :
1⃣7⃣Bunda Hayu Raras yang baik di Semarang,
Idealnya memang bersinergi, suami istri bahu membahu dalam mendidik anak anaknya, bahkan kalau perlu orang serumah atau keluarga besar kakek, nenek, paman, bibi dstnya.
Mindset schooling telah memisahkan kita dari pemahaman bahwa HE adalah kewajiban dan mencerabut anak anak kita dari akar rumahnya, akar keluarganya dan akar komunitasnya bahkan akar agamanya.
Perlu waktu setidaknya 3 tahun untuk merubah mindset, kecuali jika mendapat hidayah. Selama itu, tentu jangan menunggu, kita mulai saja kebaikan2 dan keasyikan menjalankan HE, karena kebaikan akan menular jauh lebih cepat dari keburukan jika konsisten krn pada galibnya manusia lebih menyukai kebaikan daripada keburukan. Memang hasil pendidikan tidak terlihat segera, namun orang akan mulai menoleh jika ternyata HE lebih ramah dan aman untuk anak, lebih bahagia dan produktif bagi ortu dan anak, lebih dekat dan lekat dengan anak anak, dstnya.
LDHE (long distance HE) pasti ada dampaknya, namun carikan sosok ayah atau sosok ibu pengganti selama jarak jauh, gunakan teknologi komunikasi sesering mungkin, buat buku portfolio anak yg mendokumentasi semua aktifitas, karya dll, rancang personal education utk tiap anak agar menjadi agenda utama dan task to do list setiap hari ✅
1⃣8⃣Bunda Rosa-Depok
Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakatuh, Ustadz Harry...
Saya masih sangat awam mengenai HE. Yang ingin saya tanyakan adalah, perangkat apa saja yang harus disiapkan oleh orangtua untuk melakukan HE? Sampai umur berapa HE ini dapat diterapkan pada anak?
Terima kasih
Jawab :
1⃣8⃣Bunda Rosa yang baik di Depok,
Brainware nya tentu memahami konsep HE, Fitrah dan frameworknya.
Software nya tentu merancang personalized curriculum tiap anak dan memonitornya
Hardware nya tentu memfasilitasi waktu2 dan tempat2 juga komunitas2 dimana fitrah anak bisa tumbuh indah dan sehat.
HE dalam arti mendidik anak hanya sampai anak aqilbaligh. Sejak usia 7 dikombinasi dengan CBE (community based education). Namun HE dalam arti menjalankan misi keluarga utk memberi manfaat, mewariskan aqidah yg baik dan menjaga keluarga dari api neraka berlangsung terus sampai akhir hayat. ✅
1⃣9⃣Bunda Rima-Banyumas
Saya agak terlambat mengetahui tentang Home education. Anak saya sekarang sudah hampir aqil baligh berusia 12 tahun. Tapi banyak sekali hal hal yg terlewat. Seperti kesadarannya kurang, dan fitrah2 nya kurang berkembang. Apa yang harus saya lakukan?
Apakah harus dimulai dr awal atau langsung saja lakukan sesuai dengan usianya. Padahal pemahaman dan kesadaran anak masih kurang. Misal dalam hal ibadah masih harus dikasih tau. Belum ada kesadaran dari diri sendiri. Walaupun sudah sering diingatkan
Jawab :
1⃣9⃣Bunda Rima yang baik di Banyumas,
Saran saya coba bunda buat pemetaan pada ananda, terkait semua fitrahnya. Misalnya kesadaran shalat, kecintaan pd alQuran dll masuk ke dalam fitrah keimanan, kemudian kesukaannya atau karyanya masuk dalam fitrah bakat, juga semangat dan gairah belajarnya, penelitian dll masuk ke dalam fitrah belajar, jangan lupa fitrah seksualitasnya, misalnya sudah suka lawan jenis, idola nya, suka curhat sama siapa dll . Dari pemetaan itu kita akan tahu mana mana yang perlu "dikembalikan" ke tempatnya. Caranya adalah mengulang prosesnya namun dengan intensitas dan keterlibatan komunitas lebih banyak. Misalnya fitrah keimanan, dalam hal ini kesadaran sholat, maka prosesnya adalah keteladanan dan atmosofir keshalihan tidak hanya dari rumah juga mulai difasilitasi dari luar rumah. Coba ajak menginap di orang shalih atau keluarga shalih (homestay) termasuk juga maestro yg relevan dengan bakatnya. Coba ajak ke lingkungan orang2 yang bisa memberi keteladanan yang banyak dan suasana cinta Allah yang lebih kuat.
Banyak lembaga Islam lebih mementingkan menguasai materi konten Islam daripada kesadaran
berislam, lebih kepada status keshalihan daripada amal shalih dstnya, sehingga fitrah keimanan lupa utk ditumbuhkan dstnya ✅
___________________________
0 komentar:
Post a Comment