Renungan Pendidikan #77

Education is just Education.  Fokus pendidikan adalah merawat dan menumbuhkan fitrah anak anak kita sejak lahir agar memiliki peran peradaban sesuai fitrahnya ketika aqilbaligh. Pendidikan bukanlah persiapan masuk perguruan tinggi atau bisa bekerja. 

Kita sering terjebak memaknai pendidikan dengan menyiapkan anak anak kita untuk masuk universitas, dan persiapannya dilakukan sejak anak anak berusia dini. Sesungguhnya bukan demikian.

Nampaknya benak kita sudah dipenuhi orientasi gelar dan uang serta persaingan materialisme sehingga lalu semua dimaknakan dan ditujukan untuk tuhan rendah yang menipu itu. Parahnya, paham sesat ini ditumpahkan pada anak anak kita dengan alasan masa depan dan standar sukses. 

Banyak orang bijak menasehati, "Jangan sibuk dengan meengejar peluang dan kesempatan juga persaingan, tetapi sibukkanlah menjalani hidup dengan mensyukuri potensi fitrah karunia Tuhan, maka peluang dan kesempatan akan datang" 

Sesungguhnya, pendidikan usia dini adalah agar anak usia dini fitrahnya tumbuh utuh dan indah sebagai anak usia dini, bukan persiapan calistung dll untuk masuk SD. Begitupula pendidikan usia pre aqilbaligh (7- 12 tahun) bukan persiapan masuk sekolah menengah tetapi persiapan kemandirian dan kemampuan mengemban syariah ketika aqilbaligh.

Jadi pendidikan bukan schooling dan bukan hanya bicara learning saja yang bertujuan understanding dan creating tetapi meningkatkan index gairah fitrah dari semua potensi fitrah.

Ada banyak index gairah fitrah lyg harus ditumbuhkan bukan cuma fitrah belajar, ada fitrah sosial, fitrah seksualitas, fitrah keimanan, fitrah estetika dll lalu interaksinya dengan fitrah alam dan fitrah kehidupan serta sistem hidup dll. 

Bayangkan jika satu saja fitrah ini tidak tumbuh  maka muncul generasi yang pandai tetapi homo, atau berbakat tetapi sekuler, atau berakhlak tetapi mandul karya dsbnya. Itu tidak lain dan tidai bukan krn fitrahnya tidak utuh.

Jadi pendidikan sejati adalah agar mereka, anak anak kita, generasi mendatang utuh tumbuh fitrahnya sesuai tahapan usianya sampai menjelang aqilbaligh 12-15 thn.  Inilah tugas para orangtua, menghantarkan anak anaknya mencapai peran peradabannya dan itu dimulai dari menumbuhkan dan membangkitkan semua potensi fitrah anak anaknya secara simultan, lalu membantu mereka memperkuatnya dan memandunya dengan sistem hidup yang fitri sehingga menjadi akhlak mulia.

Lalu setelah semuanya fitrahnya tumbuh utuh dengan utuh, indah dan baik, maka mereka akan punya banyak jalan untuk perannya dan masa depannya.

Setidaknya ada 3 jalur di masa preaqilbaligh utk ditempuh terkait dengan peran peradabannya,

Yang pertama jalur Akademis - ini jenjang formal sampai jadi professor academic. Jalur ini mensyaratkan IQ tinggi, tapi jangan khawatir IQ rendah berarti memang tidak cocok di jalur ini, dan punya keistimewaan lain. Jalur ini cocok bagi mereka yang berbakat akdemis yang umumnya dominan otak kiri termasuk yang berbakat teknikal. Namun jangan salah, inipun tidak harus lewat jalur persekolahan.

Yang kedua, jalur Professional - ini jalur bagi professional certification baik lewat pemagangan atau autodidak. Contohnya, anak anak di Thailand usia 14 tahun sudah memiliki sertifikat internasional Java Programmer, dan bisa bekerja dimanapun di dunia internasional. 

Contoh lainnya, kini banyak professional yang punya sertifikasi internasional yang jauh lebih dihargai dari ijasah akademisnya, padahal utk dapat sertifikasi ini hanya perlu ujian online seharga ratus dolar saja. Sepenuhnya hasil belajar magang. 

Cintoh lainnya lagi, kini banyak pemuda bisa berkuliah di kampus bergengsi di LN tanpa ijasah, hanya memamerkan portfolio hasil karya selama beberapa tahun masa magangnya di berbagai proyek dan expert. 

Contoh lainnya lagi, ada anak berbakat musik bisa ikut berbagai pagelaran orkestra bersama para sarjana musik, padahal tidak berijasah formal, tetapi belajar langsung bersama maestro sejak usia 10 tahun dan ketika merasa cukup, dia ambil sertifikasi internasional.

Yang ketiga adalah jalur Business atau Entrepreneurs - ini bisa dimulai dari professional, caranya lewat pemagangan atau autodidak. Bagi kelompok ini kuliah dan sertifikat tdk terlalu penting. Banyak anak anak masa depan cukup mengintegrasikan bakatnya dalam dunia bisnis

Kedua jalur yang terakhir di atas, terkait bakat non akademis yang tdk melulu IQ, tetapi terkait dengan keistimewaan sifat dan atau keistimewaan fisik. Menurut typology bakat Rama Royani, semuanya ada 114 tipe.

Jadi jangan selalu jadikan HomeSchooling apalagi Home Education bermuara pada paket C dan kuliah akademis, banyak jalan lain. Saya sering lihat komunitas HS berubah menjadi bimbingan belajar untuk ambil paket kesetaraan atau ujian cambridge agar bisa kuliah. 

Ini justru bisa merubuhkan fitrah yang sudah dibangun susah payah sejak kecil. Ingat bahwa kuliah formal, bukan ini jalan satu-satunya menuju peran peradaban.

Indonesia sejak 2012 sebenarnya sudah mengadopsi KKNI, jadi siapapun jika ingin gelar S1, bahkan S3 tidak perlu kuliah akademis, cukup mendaftarkan pengalaman dan kepakarannya ke kampus-kampus relevan utk mendapatkan ijasah kesarjanaan baik S1, S2, S3 bahkan Dr honoris causa. Itupun kalau masih perlu ijasah ya.

Semua yg terpenting adalah fokus pada fitrah anak anak kita dulu, jika fitrah tumbuh menjadi peran, maka cahayanya akan menebar rahmat lalu kemudian saksikanlah bahwa gelar dan uang hanya akibat semata dari kebermanfaatannya bagi ummat atas karunia fitrahnya. 

Salam Pendidikan peradaban 
#pendidikanberbasispotensi
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

Oleh: Ustadz Harry Santosa
dalam diskusi ringan di grup HEBaT Jabar 1

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Post a Comment